Senin, 26 Mei 2014

PEMBELAJARAN MATEMATIKA ( GEOMETRI ) MODEL VAN HIELE


PEMBELAJARAN MATEMATIKA ( GEOMETRI ) MODEL VAN HIELE

Oleh:
Linda Purnamasari
NIM: 1103783
e-mail: lindapurnamasari888@ymail.com


PENDAHULUAN
Matematika adalah salah satu mata pelajaran yang sangat berpengaruh terhadap kehidupan manusia, dalam setiap kegiatan dan aktivitas yang dilakukan sehari-hari pun tidak terlepas dengan matematika, oleh sebab itu sudah seharusnyalah matematika ini dipelajari oleh setiap orang untuk keperluan menjalankan kegiatannya, begitupula bagi siswa baik siswa sekolah dasar maupun siswa menengah dan atas harus mempelajari matematika ini bukan hanya sebagai pelajaran yang wajib diikuti saja, melainkan untuk kepentingan mereka pula. Salah satu materi yang sering ditemui dalam kehidupan sehari-hari yang terdapat dalam mata pelajaran matematika ini adalah geometri. Dalam Sobel dan Maletsky (2004) menyatakan bahwa:
“Geometri merupakan mata pelajaran yang kaya akan materi yang dapat dipakai untuk memotivasi yang dapat menarik perhatian dan imajinasi murid-murid dari tingkat dasar sampai murid-murid tingkat sekolah menengah dan bahkan yang lebih tinggi lagi. aktivitas-aktvitas dalam geometri informal di sekolah menengah dapat digunakan untuk memperkenalkan ide-ide baru dan untuk memperkuat materi pelajaran yang lama. teorema-teorema tentang geometri disekolah menengah atas dapat dimulai dengan sesuatu yang konkrit, pengalaman memanipulasi yang memberi wawasan yang berguna, dan pemahaman sebelum bukti yang terstrukur. aktivitas visualisasi dapat memperingan pikiran murid-murid dan membuat mereka fleksibel dan lebih kreatif. sama pentingnya, pemikiran dan analisis geometri dapat memberi murid-murid alat pemecahan masalah yang kuat, yang sering menawarkan cara pandang yang baru terhadap situasi yang menantang.”
Kennedy, 1994:385 (dalam Nur’aeni 2008 : 124) menyatakan bahwa geometri merupakan salah satu cabang matematika yang juga diajarkan di Sekolah Dasar. dengan mempelajari geometri dapat menumbuhkan kemampuan berfikir logis, mengembangkan kemampuan memecahkan masalah dan pemberian alasan serta dapat mendukung banyak topik lain dalam matematika.
Pada kenyataannya di lapangan, siswa merasa kesulitan untuk dapat memahami geometri dengan baik. Oleh karena itu, Nur’aeni (2008) menyatakan bahwa ada suatu teori yang berkaitan dengan pembelajaran geometri yang berkaitan dengan masalah tersebut yaitu Teori Van Hiele (1958) dimana tingkat berfikir geometri siswa secara berurutan melalui 5 tingkat/level.
PENGERTIAN TEORI BELAJAR MENURUT VAN HIELE
Teori belajar merupakan salah satu faktor yang dapat menjadi pedoman atau tolak ukur bagi seorang guru untuk melakukan proses belajar mengajar yang diinginkan, oleh karena itu guru sangatlah perlu untuk mengetahui dan memahami teori belajar yang nantinya akan ia gunakan ketika mengajar.
Ruseffendi 1990 (dalam Suwangsih dan Tiurlina 2010, hlm. 69)
“Teori belajar ialah teori yang bercerita tentang kesiapan siswa untuk belajar sesuatu. Atau uraian tentang kesiapdidikan siswa untuk menerima sesuatu. Jadi pada prinsipnya teori belajar itu berisi tentang apa yang terjadi dan apa yang diharapkan terjadi pada mental anak yang dapat dilakukan pada usia (tahap perkembangan mental) tertentu. Maksudnya kesiapan anak untuk bisa dapat belajar.”
Van Hiele adalah seorang guru matematika bangsa Belanda yang mengadakan penelitian dalam pengajaran geometri, menurut Van Hiele (dalam Suwangsih dan Tiurlina 2010, hlm. 91) ada tiga unsur utama dalam pengajaran geometri, yaitu waktu, materi pengajaran, dan metode pengajaran yang diterapkan. Jika ketiga unsur ditata secara terpadu akan dapat meningkatkan kemampuan berpikir anak kepada tahapan berpikir yang lebih tinggi.
TAHAPAN PEMAHAMAN GEOMETRI TEORI VAN HIELE
Van Hiele (dalam Suwangsih dan Tiurlina 2010, hlm. 92) menyatakan bahwa terdapat 5 tahap belajar anak dalam belajar geometri, yaitu: tahap pengenalan, tahap analisis, tahap pengurutan, tahap deduksi, dan tahap akurasi, berikut adalah penguraiannya:
1.    Tahap Pengenalan (Visualisasi)
Pada tahap ini anak mulai belajar mengenal suatu bentuk geometri secara keseluruhan, namun belum mampu mengetahui adanya sifat-sifat dari bentuk geometri yang dilihatnya itu. Sebagai contoh, jika pada anak diperlihatkan sebuah kubus, maka ia belum mengetahui sifat-sifat atau keteraturan yang dimiliki oleh kubus tersebut. Ia belum tahu bahwa kubus mempunyai sisi-sisi yang merupakan bujusangkar, anak pun belum mengetahui bahwa bujursangkar (persegi) keempat sisinya sama dan ke empat sudutnya siku-siku.
2.    Tahap Analisis
Pada tahap ini anak sudah mulai mengenal sifat-sifat yang dimiliki bangun geometri yang diamatinya. Ia sudah mampu menyebutkan keteraturan yang terdapat pada bangun Geometri itu. Misalnya pada saat ia mengamati persegi panjang, ia telah mengetahui bahwa terdapat 2 pasang sisi yang berhadapan, dan kedua pasang sisi tersebut saling sejajar. tapi tahap ini anak belum mampu mengetahui hubungan yang terkait antara suatu benda geometri dengan benda geometri lainnya. Misalnya anak belum mengetahui bahwa persegi adalah persegipanjang atau, persegi itu adalah belah ketupat dan sebagainya.
3.    Tahap Pengurutan (Deduksi Informal)
Pada tahap ini anak sudah mulai mampu melaksanakan penarikan kesimpulan yang kita kenal dengan sebutan berfikir deduktif. Namun kemampuan ini belum berkembang secara penuh. Satu hal yang perlu diketahui adalah, anak pada tahap ini sudah mulai mampu mengurutkan. Misalnya ia sudah mengenali bahwa persegi adalah jajaran genjang, bahwa belah ketupat adalah layang-layang. Demikian pula dalam pengenalan benda-benda ruang, anak-anak memahami bahwa kubus adalah balok juga, dengan keistimewaannya yaitu bahwa semua sisinya berbentuk persegi. Pola pikir anak pada tahap ini masih belum mampu menerangkan mengapa diagonal suatu persegi panjang itu sama panjangnya. Anak mungkin belum memahami bahwa belah ketupat dapat dibentuk dari dua segitiga yang kongruen.
4.    Tahap Deduksi
Dalam tahap ini anak sudah mampu menarik kesimpulan secara deduktif, yaitu penarikan kesimpulan dari hal-hal yang bersifat umum menuju hal-hal yang bersifat khusus. Demikian pula ia telah mengerti betapa pentingnya peranan unsur-unsur yang tidak didepinisikan, di samping unsur-unsur yang didepinisikan. Misalnya anak sudah mulai memahami dalil. selain itu, pada tahap ini anak sudah mulai mampu mengggunakan aksioma atau postulat yang digunakan dalam pembuktian. tetapi anak belum mengerti mengapa sesuatu itu dijadikan postulat atau dalil.
5.    Tahap Akurasi
Dalam tahap ini anak sudah mulai menyadari betapa pentingnya ketepatan dari prinsip-prinsip dasar yang melandasi suatu pembuktian. Misalnya, ia mengetahui pentingnya aksioma-aksioma atau postulat-postulat dari geometri Euclid. Tahap akurasi merupakan tahap berfikir yang tinggi, rumit, dan kompleks. Oleh karena itu tidak mengherankan jika tidak semua anak, meskipun sudah duduk di bangku sekolah lanjutan atas, masih belum sampai pada tahap berfikir ini.
Mayberry (dalam Ruseffendi 1998, hlm. 164) mengatakan bahwa bila pada salah satu tahap dari kelima tahap itu siswa tidak menguasai, maka pada tahap yang lebih tinggi akan terjadi penghafalan.
TAHAPAN PEMBELAJARAN GEOMETRI MENURUT VAN HIELE
Menurut D’Augustine dan Smith (1992 : 227), Crowley (1987 : 5) (dalam Nur’aeni 2008 : 128) menyatakan bahwa:
“kemajuan tingkat berfikir geometri siswa maju dari satu tingkatan ke tingkatan berikutnya melibatkan lima tahapan atau sebagai hasil dari pengajaran yang terorganisir ke lima tahap pembelajaran. Kemajuan dari satu tingkat ke tingkat berikutnya lebih bergantung pada pengalaman pendidikan/pembelajaran ketimbang pada usia atau kematangan. Sejumlah pengalaman dapat mempermudah (atau menghambat) kemajuan dalam satu tingkat atau ke satu tingkat yang lebih tinggi”.
Adapun tahap – tahap Van Hiele tersebut digambarkan sebagai berikut ini:
Tahap 1 Informasi (Information): Melalui diskusi, guru mengidentifikasi apa yang sudah diketahui siswa mengenai sebuah topik dan siswa menjadi berorientasi pada topik baru itu. Guru dan siswa terlibat dalam percakapan dan aktifitas mengenai objek-objek, pengamatan dilakukan, pertanyaan dimunculkan dan kosakata khusus diperkenalkan.
Tahap 2 Orientasi Terarah/Terpadu (Guided Orientation): Siswa menjajaki objek-objek pengajaran dalam tugas-tugas yang distrukturkan secara cermat seperti pelipatan, pengukuran, atau pengkonstruksian. Guru memastikan bahwa siswa menjajaki konsep-konsep spesifik.
Tahap 3 Eksplisitasi (Explicitation): Siswa menggambarkan apa yang telah mereka pelajari mengenai topik dengan kata-kata mereka sendiri, guru membantu siswa dalam menggunakan kosa kata yang benar dan akurat, guru memperkenalkan istilah-istilah matematika yang relevan.
Tahap 4 Orientasi Bebas (Free Orientation): Siswa menerapkan hubungan-hubungan yang sedang mereka pelajari untuk memecahkan soal dan memeriksa tugas yang  lebih terbuka (open-ended)
Tahap 5 Integrasi (Integration): Siswa meringkas/membuat ringkasan dan mengintegrasikan apa yang telah dipelajari, dengan mengembangkan satu jaringan baru objek-objek dan relasi-relasi.
KARAKTERISTIK TEORI VAN HIELE
Crowley 1987 (dalam Nur’aeni 2008, hlm. 128), menyatakan bahwa karakteristik teori Van Hiele adalah sebagai berikut:
1.    Tingkatan tersebut bersifat rangkaian yang berurutan
2.    Tiap tingkatan memiliki symbol dan bahasa tersendiri
3.    Apa yang implisit pada satu tingkatan akan menjadi eksplisit pada tingkatan berikutnya
4.    Bahan yang diajarkan pada siswa diatas tingkatan pemikiran mereka dianggap sebagai reduksi tingkatan
5.    Kemajuan dari satu tingkatan ke tingkatan berikutnya lebih tergantung pada pengalaman pembelajaran; bukan pada kematangan atau usia.
6.    Seseorang melangkah melalui berbagai tahapan dalam melalui satu tingkatan ke tingkatan berikutnya
7.    Pembelajar tidak dapat memiliki pemahaman pada satu tingkatan tanpa melalui tingkatan sebelumnya
8.    Peranan guru dan peranan bahasa dalam konstruksi pengetahuan siswa sebagai sesuatu yang krusial.
KELEBIHAN DAN KEKURANGAN TEORI VAN HIELE
Di dalam sebuah strategi maupun teori tentunya memiliki kelebihan dan kekurangnya, dan dari pemaparan diatas terdapat kelebihan dan kekurangan teori Van Hiele diantaranya adalah:
1.    Kelebihan Teori Van Hiele
Teori Van Hiele ini membantu siswa untuk lebih memahami geometri dengan belajar melalui pengalaman, siswa tidak dituntut untuk mengetahui terlebih dahulu materi geometri yang akan diajarkan sehingga siswa akan menemukan pengetahuannya sendiri melalui proses belajar yang mereka lakukan, selain itu kecepatan pemahaman dari tahap awal ke tahap selanjutnya lebih tergantung pada isi dan metode pembelajaran yang digunakan guru daripada usia dan kematangan berfikir siswa.
2.    Kekurangan Teori Van Hiele
Pengajaran teori Van Hiele ini harus dilakukan secara bertahap karena jika tidak, kemungkinan siswa untuk dapat memahami geometri dengan baik tidak akan tercapai. Hal ini karena dalam tahapan-tahapan teori Van Hiele ini bekerja secara berkesinambungan atau berkaitan antara satu tahapan dengan tahapan selanjutnya.
Teori ini juga menuntut guru untuk kreatif dalam mengemas pengajaran yang dapat menyesuaikan dengan tingkat berpikir siswa, serta guru harus mampu menentukan strategi yang tepat dalam pelaksanaannya.
RELEVANSI TEORI VAN HIELE UNTUK PEMBELAJARAN GEOMETRI DI SD
Dari beberapa pemaparan diatas serta dari beberapa sumber, dapat dikatakan bahwa teori Van Hiele yang digunakan untuk pembelajaran geometri di SD tentulah sangat relevan jika dilakukan sesuai dengan tahapan-tahapan yang ada dalam teori ini. Sebagaimana Ruseffendi (1991, hlm. 163) menyatakan bahwa, terdapat beberapa dalil atau pendapat mengenai pengajaran geometri dari Van Hiele. Diantaranya ialah:
1.    Kombinasi yang baik antara waktu, materi pelajaran, dan metode mengajar yang dipergunakan untuk tahap tertentu dapat meningkatkan kemampuan berfikir siswa kepada tahap yang lebih tinggi.
2.    Dua orang yang tahap berpikirnya berbeda dan bertukar pikiran, satu sama lain tidak akan mengerti. Misalnya sering ada anak yang tidak mengerti mengapa gurunya membuktikan sudut-sudut alas sebuah segitiga samakaki itu sama besar (tahap berfikir anak paling tinggi adalah pada tahap 3), sebab baginya sudah jelas sama besar. Contoh lain ialah, siswa tidak mengerti yang dikatakan gurunya bahwa jajargenjang itu adalah trapesium (tahap berfikir anak paling tinggi adalah tahap 2). Pada kedua contoh tersebut, gurunya sering juga tidak mengerti mengapa siswa itu tidak mengerti. Selanjutnya ia mengatakan, mungkin saja siswa yang tahap berpikirnya legih rendah itu dapat “berhasil” belajar mengenai sesuatu yang sebenarnya masih ada diatas tahap berpikirnya. Tetapi “berhasilnya” itu melalui hafalan, tidak melalui pengertian.
3.    Kegiatan berpikir siswa itu harus sesuai dengan tahap berpikir siswa. Tujuannya selain agar siswa memahaminya dengan pengertian, untuk memperkaya pengalaman dan berpikir sisw, juga untuk persiapan meningkatkan berpikirnya kepada tahap yang lebih tinggi.
Dari pemaparan tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa teori Van Hiele cocok atau relevan digunakan di SD apabila memang gurunya sudah memahami tingkatan atau tahapan-tahapan yang dapat di tempuh siswanya, sehingga dengan guru memahami pada tingkat mana siswa tersebut dapat memahami geometri maka guru dapat menerapkan strategi dan pengajaran geometri sesuai dengan tingkat atau tahap berpikir siswa, bukan malah siswa yang menyesuaikan dengan tahap pengajaran guru.
IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL
Penyusunan program pembelajaran dilakukan agar proses pembelajaran terarah dan hasil yang akan dicapai maksimal. Perencanaan kegiatan pembelajaran dituangkan dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Berikut ini adalah contoh implementasi dari Pembelajaran Matematika (Geometri) Model Van Hiele:
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Nama Sekolah                        : ........................
Mata Pelajaran           : Matematika
Kelas/Semester          : IV/2
Alokasi Waktu           : 2×45 menit(1 ×pertemuan)

I.         Standar Kompetensi
8. Memahami sifat bangun ruang sederhana dan hubungan antar bangun datar
II.      Kompetensi Dasar
8.1  Menentukan sifat-sifat bangun ruang sederhana
III. Indikator :
8.1.1 Mengenal bangun ruang kubus dan balok
8.1.2  Mengindentifikasi sifat-sifat bangun ruang kubus dan balok
IV. Tujuan Pembelajaran :
1.    Melalui pengamatan model bangun ruang balok dan kubus, siswa mampu mengenal bangun ruang kubus dan balok
2.    Melalui pengamatan model bangun ruang balok dan kubus, siswa mampu mengidentifikasi sifat-sifat bangun ruang kubus dan balok
 V. Karakter siswa yang diharapkan :
Dapat dipercaya ( Trustworthines), Rasa hormat dan perhatian ( respect ), Tekun ( diligence ), Tanggung jawab ( responsibility ) Berani ( courage ) dan Ketulusan ( Honesty )
VI. Materi Ajar
Bangun ruang sederhana (sifat-sifat kubus dan sifat-sifat balok)
VII. Model dan Metode Pembelajaran
Model : Van Hiele
Metode :
-   Ceramah
-    Tanya jawab
-    Diskusi
VIII. Langkah-langkah pembelajaran
ü  Kegiatan Awal (15 menit)
Apersepsi :
Mengingatkan kembali materi sebelumnya, dan guru bertanya kepada siswa mengenai materi pelajaran yang akan diajarkan.
Motivasi :
Guru membangkitkan motivasi siswa dengan memberitahu bahwa pada hari ini akan mempelajari tentang sifat-sifat bangun ruang (balok dan kubus), kemudian guru menyampaikan tujuan pembelajaran
ü  Kegiatan Inti (60 menit)
Fase 1:
Fase Informasi (informati-on)
Guru mengajukan pertanyaan kepada siswa sambil melakukan observasi.
Siswa memperhatikan pertanyaan guru  serta menjawab pertanyaan yang diberikan guru
Guru menunjukkan benda yang berbentuk kubus dan balok masing 2 buah dengan benda yang berbeda. Misalnya kotak kue, batu bata, kotak kapur tulis, dan rautan yang berbentuk persegi.
Siswa memperhatikan dan mengamati benda-benda yang ditunjukkan oleh guru
Guru membimbung siswa untuk mengelompokkan benda-benda itu berdasarkan bentuknya dengan cara demonstrasi.
Guru memberikan bimbingan pertanyaan seperlunya. Misalnya, “benda yang mana termasuk bangun ruang kubus?”begitupun dengan bangun ruang balok.
Siswa mengelompokkan benda-benda tersebut berdasarkan bentuknya dengan cara menjawab pertanyaan mengarah dari guru
Setelah siswa selesai  mengelompokkan benda-benda itu dengan cara menjawab pertanyaan guru. Guru menanyakan kepada siswa, “mengapa benda-benda tersebut kalian   mengelompokkannya seperti itu?”
Guru membimbing  siswa agar sampai pada jawaban bahwa pengelompokan itu karena bentuknya
sama, bukan karena besarnya, bukan karena bagusnya, atau bukan karena warnanya
Setelah siswa selesai mengelompokkan benda-benda tersebut dengan tuntunan  pertanyaan guru, siswa memberikan alasan mengenai benda-benda yang mereka kelompokkan ke dalam bangun ruang kubus dan balok
Guru mengambil salah satu benda yang berbentuk kubus atau balok.
Guru melanjutkan pertanyaan yang berkaitan dengan konsep awal tentang bangun ruang. “ dari benda yang ibu/bapak pegang ini, coba tunjukkan yang mana titik sudut, sisi, dan rusuknya?

Setelah siswa menunjukkan dengan benar, guru memberikan penjelasan mengenai titik sudut, sisi dan rusuk
Siswa memperhatikan benda yang ditunjukkan guru dan menjawab pertanyaan guru dengan menunjukkan bagian yang termasuk titik sudut, sisi dan rusuk



Siswa memperhatikan pejelasan guru mengenai titik sudut, sisi dan rusuk
Fase 2:
Orientasi langsung (directed orientation)
Guru membagi siswa ke dalam kelompok yang terdiri dari 4-5 orang
Siswa bergabung dengan kelompoknya masing-masing
Guru membagikan alat peraga bangun ruang kubus dan balok kepada siswa misalnya kerangka kubus dan balok atau benda yang merupakan bangun ruang kubus dan balok, dan LKS untuk tiap-tiap kelompok agar siswa dapat mengidentifikasi sifat-sifat kubus dan balok
Siswa mengambil alat peraga dan LKS untuk masing-masing kelompok
Guru mengamati dan membimbing siswa dalam berdiskusi
Siswa berdiskusi dengan anggota kelompoknya untuk mengerjakan LKS yang diberikan oleh guru.
Fase 3:
Fase penjelasan
(explication)

Guru memberi motivasi kepada siswa untuk menyampaikan hasil diskusinya.
Siswa menyatakan pandangannya mengenai sifat-sifat kubus dan balok.
Dengan cara masing-masing kelompok mempresentasikan hasil diskusinya mengenai sifat-sifat kubus dan balok.
Saat siswa mempresentasikan hasil diskusinya, guru membantu siswa menggunakan bahasa yang tepat dan akurat
Siswa memperhatikan presentasi temannya dan memberikan tanggapan serta memperhatikan penjelasan dari guru.
Fase 4:
Fase
Orientasi bebas (free orientation)
Guru memberikan tugas yang lebih kompleks kepada siswa mengenai sifat-sifat kubus dan balok.
Guru memberikan soal dengan menggambar bangun ruang kubus dan balok di papan tulis dengan penamaan kubus dan balok yang berbeda agar siswa dapat menuliskan titik sudut, sisi, rusuk berdasarkan nama yang diberikan pada kubus dan balok (*)
Guru mengoreksi jawaban siswa
Siswa menggambar kubus dan balok sesuai soal di buku latihannya masing-masing serta mengerjakan soal tersebut.
Setelah itu, siswa yang mampu mengerjakan, maju ke papan tulis untuk menuliskan soal yang diberikan guru.

Siswa memperhatikan pengoreksian jawaban yang dilakukan guru
ü  Kegiatan Akhir (15 menit)
Fase 5:
Fase Integrasi (Integration)
Guru membimbing siswa menyimpulkan tentang sifat bangun ruang sederhana(kubus, balok)
Siswa menyimpulkan materi pembelajaran tentang sifat kubus dan balok
Guru memberikan pekerjaan rumah
Siswa menulis di bukunya masing-masing  PR yang di berikan guru
Guru mengakhiri pelajaran dengan memberikan nasihat kepada siswa agar terus rajin belajar di rumah, kemudian mengajak semua siswa berdo’a sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing
Siswa memperhatikan dan berdoa bersama-sama untuk mengakhiri pelajaran

IV.   Alat/Bahan/Sumber Belajar
 Alat/Bahan:
-    Kotak kue, batu bata, kotak kapur tulis, dan rautan yang berbentuk persegi.
-    Alat peraga (model bangun ruang kubus dan balok)
 Sumber Belajar:
-      Silabus kelas 4 SD
-      Buku Sekolah Elekronik ”Ayo Belajar Matematika”  untuk SD dan MI kelas IV
-      Lembar Kerja Siswa ( LKS )
V.    Penilaian           
Teknik             :  Tes
Bentuk                        :  Essay
Instrumen       : -  Soal
-   Bobot Penilaian
-   Kriteria Penilaian
Skor Penilaian
a.  Setiap jawaban benar mendapat jawaban skor =1
b.  Jumlah skor maksimal                                          = 10
c.   Nilai maksimal                                                      = 100

Kriteria Penilaian
Siswa dianggap berhasil apabila memperoleh nilai lebih dari atau sama dengan 6, siswa dianggap tidak berhasil apabila memperoleh nilai kurang dari 6 dan akan diadakan perbaikan (remedial).                                                             


Tasikmalaya,  Maret 2014                

Mengetahui

Kepala Sekolah SD.......                                                                                             Wali Kelas IV

....................................                                                                                    ..........................
NIP. ..........................                                                                         NIP. .................

Contoh LKS
LEMBAR KERJA SISWA
Nama Kelompok                   :........................................................
Nama Anggota Kelompok   : 1. ....................................................
                                                  2......................................................
                                                  3......................................................
                                                  Dst. ................................................

Tujuan                        : Mengidentifikasi sifat-sifat kubus dan balok
Alat dan Bahan         : Alat peraga kubus dan balok(kerangka kubus dan balok
Langkah-langkah kegiatan:

1. Amatilah balok dan kubus tersebut!
2. Gambarlah kubus dan balok, setelah itu beri nama kedua bangun tersebut sesuai keinginan!
3. Tuliskan nama sisi, rusuk, dan titik sudut pada kubus dan balok berdasarkan nama yang telah diberikan
4. Isilah tabet dibawah ini!
Bangun ruang
Banyak titik sudut
Banyak sisi
Banyak rusuk







Hasil kegiatan:.........................................................................................................
soal                
1.                                 Dinamakan bangun ruang  . . .
Tuliskan sisi-sisinya . . .
Tuliskan rusuk-rusuknya . . .
Tuliskan titik sudutnya . . .
2. Dinamakan bangun ruang  . . . .
Sebutkan sisi-sisinya . . .
Sebutkan rusuk-rusuknya . . .
Sebutkan titik sudutnya . . .
PENUTUP
Kesimpulan
Geometri merupakan salah satu cabang matematika yang berfungsi untuk kehidupan sehari-hari, selain itu geometri juga dapat menumbuhkan cara berfikir logis bagi orang yang mempelajarinya. Tetapi pada kenyataannya masih banyak siswa khususnya di Sekolah Dasar yang belum memahami konsep dasar geometri, salah satu teori yang baik untuk diterapkan dalam proses pembelajaran geometri pada siswa terutama di Sekolah Dasar adalah teori Van Hiele, yaitu suatu teori yang mempelajari geometri dengan menggunakan beberapa tahapan berfikir yaitu: tahap pengenalan (visualisasi), tahap analisis, tahap pengurutan (deduksi informal), tahap deduksi, dan tahap akurasi. Teori Van Hiele dapat diterapkan dan sangat relevan untuk pengajaran di SD jika guru memang memahami tahapan-tahapan pada cara berpikir siswa serta apabila guru dapat menyesuaikan pengajarannya dengan tahapan tersebut.
Rekomendasi
Dalam mengajarkan materi terutama materi geometri pada siswa SD, hendaknya guru menyesuaikan dengan tingkat perkembangan atau cara berpikir anak sehingga dalam pengajarannya-pun guru tidak akan menemui kendala yang sangat berat, serta anak atau siswa juga dapat mengikuti pelajaran dengan mudah untuk memahaminya. Guru juga dituntut untuk pandai dalam memilih odel, strategi ataupun teknik dalam penyampaian materi tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Nur’aeni, E. (2008).  Teori Van hiele Dan Komunikasi Matematik (Apa, Mengapa Dan Bagaimana), hlm. 128-129 [ Online ] Tersedia di http://eprints.uny.ac.id/6917/1/P-11%20Pendidikan%20%28Epon%20 Nuraeni%29.pdf [ Diakses Tanggal 18 Maret 2014 ]
Ruseffendi, E.T. (1991). Pengantar Kepada Membantu Guru Mengembangkan Kompetensinya dalam Pengajaran Matematika untuk Meningkatkan CBSA. Bandung:Tarsito
Sobel dan Maletsky. (2004). Mengajar Matematika. Jakarta:Erlangga
Suwangsih dan Tiurlina. (2010). Model Pembelajaran Matematika. Bandung:UPI PRESS

3 komentar:

  1. mksh ilmu nya mbk linda

    BalasHapus
  2. terima kasih :) ngebantu banget buat nugas

    BalasHapus
  3. materi pada blog ini cukup membantu pembelajaran tentang geometri

    BalasHapus